Sabtu, 30 Maret 2013

Mencintai sejantan Ali, berani mencintai berani menikahi...^^


Assalamu'alaikum
Bismillah 24 jam berada pada posisi sebagai penghuni kampus dengan bertubi2 ujian kini duduk sejenak me- refresh tulisan...:)

"Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan"

Luar biasa kata-kata itu, sedikit menggelitik tangan saya untuk menggoreskan tulisan malam ini..
Mengapa tidak, buku jalan cinta para pejuang menjadi salah satu bukti betapa kisah-kisah cinta beralur indah telah tercetak bagi orang-orang luar biasa yang sangat Allah cintai dan tentu mencintaiNya.

Menengok fenomena alam kita kini yang semua orang pasti tahu apa yang kini menjadi begitu wajar terjadi, meski sesungguhnya mereka mengerti baik dan buruk nya dari apa yang mereka lakukan.
Pertanyaan saya, lalu bagaimana seharusnya semua itu diaplikasikan?
Renungkan dulu 2 ayat di bawah ini :

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah" (Adz-dzariyat : 49)

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (An-nisa : 1)

Setelah merenungkannya, masih khawatirkah dengan status jomblo nya? sibuk sana-sini menembak,menolak dll
Allah tidak tidur, Allah sudah merencanakan yang jauh lebih indah untuk kita, mengapa tidak kita sandarkan padaNya, serahkan alur itu padaNya dimana nanti ketika saatnya kita bergerak menjemput sang pendamping Allah lah yang menggerakannya. Bertahun-tahun memendam rasa cinta dan suatu hari memang Allah menggerakannya untuk terungkap, maka semua itu akan terungkap dengan sendirinya...

Pernahkah kita fikirkan ketika kita jadian sana-sini, putus sana-sini menjalani hubungan yang belum halal dengan berbagai orang, saat itu pula calon pendamping kita melakukan hal yang sama, rela kah kita ketika nantinya pendamping kita telah menjalani kisah-kisah cinta, jalan sana-sini dengan beberapa orang lain?
Berfikir, dulu ia dengan si A, skrg menyatakan cinta padaku, apakah aku sebagai pelampiasannya seusai putus dengannya? apakah cintanya tulus bla...bla...bla..hm..

Pacaran sudah, jalan bareng sudah, panggilan sayang sudah terlontar,berpegangan tangan sudah, lalu apa yang istimewa seusai akad nikah di jalankan? rasa malu yang begitu indah sudah tak ada, hati bergetar kala di panggil dengan penuh kasih sayang tak lagi dirasa, sentuhan halal untuk pertama kali yang membuat keringat bercucuran,air mata menetes atas rasa bahagia sama sekali tidak hadir. mengapa? karna semua itu sudah dirasakan ketika menjalani hubungan dahulu...
Detik-detik perjalanan seusai akad terasa begitu hambar dan sama sekali tak ada yang istimewa

Bandingkan dengan yang penuh tundukan hati menanti dengan sabar sosok yang sangat luar biasa, sosok yang badannya tegak, otaknya cerdas memimpin, akhlaknya ladang surga bagi kita...
yang selama penantian menjaga dirinya dari berbagai godaan cinta duniawi. Parasnya lembut tapi berani, ia yang berani mencintai berani pula menikahi, dia lah sosok yang akan menjadi pundak sandaran kita ketika kita lelah, ketika kita sedih, ia yang menjadi sahabat sejati kita berbagi kebahagiaan, kawan berbagi tawa.Ia yang ketika menyatakan kesucian cintanya dengan santun dan membuat hati kita bergetar meneteskan air mata mengucap hamdalah.

ia yang berani mengatakan " aku mencintaimu karna Allah, dan menikahimu karna Allah". Yang mengatakan " kesucianmu adalah anugerah bagiku"...
sosok yang mencintai dengan mengenal dan memahami, komunikasi untuk ta'aruf dan tafahum, bukan sosok yang meresmikan hubungan yang belum halal...

Bismillah, sajak ini aku persembahkan untuk pemimpinku kelak..
Wahai engkau lelaki kekasih Allah, yang akhlaknya ladang surga bagiku kelak...
Aku menanti dalam sujudku padaNya, menanti dalam penjagaan diri dari hubungan dengan org lain yang belum halal...
untuk apa semua ini, tentu semua ini karna cintaku pada sosok yang Allah beri amanah sebagai pundak sandaran bagiku...
untuk cintaku padaNya...
Saat dimana keberanianmu timbul mengungkapkannya sejantan Ali, saat itu air mata menetes hati tersirami embun, senja menjadi begitu terang oleh cahaya rembulan...
saat itu hanya ada asma-asma Nya yang terucap dari mulut ini...
membuka lembaran demi lembaran yang kira-kira kelak terpancar dalam hidup kita...
Aku belajar banyak tentang Islam darimu, belajar cara untuk semakin mendekatkanku padaNya....
Ketika tanganku sendiri yang kelak akan mengobati keluargaku kala mereka sakit...
Sebagai dokter untuk suami,anak, keluarga, dan masyarakat...
Menjadi guru bagi anak-anak yang shalih dan shalihah kelak...
dan kisah ini akan menjadi kisah kesekian yang meneruskan kisah para pejuang Islam...
Wahai pejuangku, Sampai bertemu di momen ketika orang2 menjadi saksi engkau menyatakan akad nikah di hadapan orang tuaku...


Alhamdulillah sedikit goresan malam ini bisa tersampaikan, semoga tulisan ini bukan menjadi api bagi hati sang pembaca, tapi menjadi embun yang semakin mendinginkan hati, melembutkan hati dan membuka mata atas keindahan yang Allah persiapkan kelak untuk kita...
maaf atas segala khilaf...

-uhibbukum fillah-

Zumrotin Hasnawati

Minggu 02.00 dini hari

2 komentar:

  1. subhanAllah, hati saya marasakan katenanggan saat membaca goresan tintamu ini. terimakasih atas tulisan ini :)

    BalasHapus
  2. sama2...semoga bermanfaat..:)

    BalasHapus