Assalamu’alaikum adik-adikku sekalian, bagaimana imanmu hari
ini? Dengan kelelahan fisik dan otak menyerap ilmu demi sebuah kata lulus..
“Ah, benar-benar membosankan, fisik dan otak kerap harus
mengikuti kodrat sebagai siswa kelas akhir demi mencapai kata lulus di ujian
akhir nanti.”
Mungkin kata-kata itu sedikit menggambarkan perasaan
sebagian dari adik-adikku tercinta yang kini menginjak kelas akhir dan akan
menjalani ujian nasional. Ya..meski tidak secara gamblang, tapi wajah letih
kalian berkata seperti itu. Belum lagi ketika sudah mengantongi kata lulus tapi
masih harus berjuang bersama jutaan orang memperebutkan kursi perguruan tinggi.
Tidak heran jika kini banyak yang memilih mengeluarkan ratusan juta bahkan
milyaran rupiah demi kata lulus dan satu buah kursi di perguruan tinggi.
Lalu yang saya tanyakan, apakah kata lulus dan sebuah kursi
itu yang kalian harapkan dan mimpikan? Kalau sekadar kata lulus dan kursi,itu
bukan hal yang sulit, karena joki ada dimana-mana dan siap menyedot ratusan
juta bahkan milyaran untuk membodohi kalian. Membodohi? mengapa begitu? Jelas
saja si joki membodohi para pelajar, bibit-bibit bangsa. Mereka menjadi malas
berusaha dan hanya bersandar pada manusia. Itu efek yang langsung bisa Nampak,
masih besar efek ke depan yang lebih dahsyat lagi…
Mari kita pecahkan bersama-sama apa yang seharusnya kita
lakukan…J
“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu
main-main (tanpa maksud)? “(QS Al-Mu’minun [23] :115)
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” (QS Al-Baqarah [2]
: 30)
“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai
khalifah-khalifah di muka bumi.” (QS Al-An’am [6]:165)
“ Sesungguhnya, Kami telah menciptkan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-tin [95]:4)
Baiklah 4 ayat di atas saya rasa cukup untuk mengetuk hati
dan fikiran kita. Khalifah, yang diciptakan tanpa sia-sia dengan bentuk
sebaik-baiknya, Siapa dia? Bukan siapa-siapa lagi melainkan kita. Kita inilah
yang Allah maksud dalam ayat-ayat di atas, tidak ada keraguan bahkan kesalahan
sedikitpun atas apa yang Allah firmankan. Lantas mengapa kita ragu dengan apa
yang telah Allah karuniakan pada kita? Kita ini khalifah di bumi, yang
dengannya diberi kemampuan, potensi, akal yang cerdas. Untuk apa semua itu jika
hanya didiamkan saja? apa gunanya semua itu jika akhirnya kita hanya
menyandarkan dan mengandalkan manusia?.
“Sebaik-baiknya”
artinya kita lahir dari bibit yang paling baik. Sudah sepantasnya kita yakin
bahwasanya kita mampu atas apapun yang ingin kita lakukan. Mereka yang tertatih
berjalan tanpa kaki, menyuap nasi dengan kaki karna tak memiliki lengan,
merekapun bisa melakukannya sama seperti kita, karna mereka yakin mereka mampu.
Letih? Malas? Kourosh Mozouni si bocah kecil 12 tahun, karna kecintaanya pada
Allah dan Islam yang begitu besar, ia menjadi calon presiden termuda di Negara
Iran, lalu kita?
Lantas apa lagi yang diragukan dari kita? Dengan kesempurnaan
fisik, kecukupan financial tidak ada alasan lagi untuk berdiam diri dan merasa
tak mampu. Semua itu butuh pengorbanan, butuh upaya, usaha dan berdo’a. Baiklah
semoga itu bisa menggugah semangat belajar kita...
Lalu renungkanlah arti dari sepetik do’a khotmil Qur’an
berikut :
“Ya Allah, aku meminta permintaan yang terbaik,
permohonan terbaik, keberhasilan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik, pahala
terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik, dan tetapkanlah aku dalam semua
kebaikan itu. Beratkanlah timbangan (Amal baikku), kukuhkanlah imanku,
tinggalkanlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah kesalahan-kesalahanku;
dan aku memohon surge yang paling tinggi kepada-Mu”
Do’a itu mewakili keinginan yang dirasakan hampir semua
manusia, terutama umat islam. Belum lagi ditambah permohonan ampun terhadap
dosa-dosa yang selama ini dilakukan, minta lulus, minta ini itu. Apakah itu
salah? Tidak, bahkan Allah menyukainya. Yang jadi pertanyaan adalah ketika kita
meminta sebanyak itu, berapa banyak waktu yang sudah kita luangkan untuk Allah?
Lalu apa yang membuat kita berani meminta banyak sedangkan balasan atas
keluangan waktu untukNya sangatlah sedikit? Maka jangan heran ketika Allah
sempitkan hati yang tadinya lapang, Allah sumbatkan pikiran yang tadinya luas.
Saya baru menyadari selama ini saya mengira pencapaian tertinggi adalah surga Allah,
ternyata bukan itu, pencapaian kita tertinggi adalah Ridho Allah, maka ketika
Allah ridho, apapun bahkan surga firdaus bisa kita rasakan, aamiin…
Berkaitan dengan ridho Allah, sebesar apapun usaha kita,
sekuat apapun tenaga kita, selama apapun kita belajar, jika Allah tidak ridho,
maka apapun yang kita inginkan tak akan kita peroleh, mendekatlah padaNya,
sandarkan semuanya pada Allah, karna hanya Allah yang memiliki kehendak, Allah
yang akan memberi apapun yang kita minta dengan penuh keridhoanNya…
Ketika kita merasa waktu begitu sempit, Tak ada yang tak mungkin
jika Allah berkehendak…
Saatnya katakan "it's easy because Allah"
Semuanya akan terasa ringan dan mudah semudah membalik tangan ketika kecintaan Allah berperan di dalamnya..:)
Selamat berjuang adik-adik ku, niatkan semua jerih payahmu
karena kecintaanmu pada Allah dan Islam…:)
Zumrotin Hasnawati
Rabu, 3 April '13
16.00
Zumrotin Hasnawati
Rabu, 3 April '13
16.00
subhanAllah, sunguh tulisan yang sangat menginspirasi ka,
BalasHapus