Menatap betapa dahulu ia menjadi begitu istimewa dimatamu…
Menjadi satu-satunya yang engkau harapkan…
Bahkan mungkin sosok di sini terlintas pun tidak …
Salahkahku yang merasakan ini kala menatapnya?
Membayangkan betapa degup jantung mulai terdengar…
Hati terasa begitu risau..
Dia dulu, dan mungkin kini yang ada di hatimu begitu dalam…
Memutar memoriku dulu kala suatu rasa mulai menyelinap di
hati…
Rasa yang menyapa dengan tersipu..
Yang kini begitu jelas tergambar, menggali dalam…
Yang selalu kuhindar akannya, namun tetap saja hadir dalam bayang-bayang
di hati
Aku yang begitu menghindarinya, mengapa, tahukah engkau?
Ku takut itu semua semu dan hanya mimpi sesaat…
Hati begitu khawatir ketika menatap bidadari-bidadari dunia
itu kian mendekatimu…
Dahulu terfikir, mungkin kosong akan lebih baik…
Wahai pangeran surgaku…
Bolehkah aku berbisik padamu…
Hatiku sedang merasa cemburu…
Hati mulai bertanya, adakah sesaat namaku masih tergambar di
hatimu?
Masihkah terlintas sesaat di pikiranmu?
Ataukah hatimu masih terlintas nama ia yang menjadi istimewa
di hatimu dulu?
Cinta…
Aku
ingin tua bersamamu menatap anak-anak yang meneruskan jejak kita…
Tanpa
perlu sesaat pun merasa khawatir hatimu pergi meninggalkanku…
Perjuanganmu
mungkin telah sangat melelahkan untuk berada pada titik ini…
Maka
sekarangpun bolehkah aku berbisik sekali lagi…
Wahai
pejuangku…
Meski
kadang hati terasa berapi, meski fikiran terasa pergi..
Tapi
hatimu, akhlakmu, adalah surga bagiku, di dalamnya embun penyejuk hati…
Ku
kan bertahan senantiasa di sampingmu…
Mengiringi
perjuanganmu hingga batas akhir…
“Catatan
Hati yang Cemburu”
-Asma Nadia-